Kebutuhan Cairan dan Elektrolit serta Prinsip kebutuhan psikososial

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit serta Prinsip Kebutuhan Psikososial













Disusun Oleh :
Nama :
Anggika Indah Permatasari
NIM :
16140121
Kelas :
B.13.2





Universitas Respati Yogyakarta
TahunAjaran 2016/2017




KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT


PENDAHULUAN                                          
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen- komponen kimiawi.
Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.

FUNGSI CAIRAN
Komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang mempunyai fungsi yang sangat besar. Fungsi cairan antara lain :
a.       Transportasi : nutrien, partikel kimiawi, partikel darah, energi, dan lain lain.
b.      Pengatur suhu tubuh
c.       Pembentuk struktur tubuh
Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan kematian sel. Sementara unit dasar fungsional tubuh adalah sel. Sel-sel inilah yang membentuk struktur tubuh. Dengan demikian keberlangsungan proses pembentukan atau perbaikan jaringan tubuh tidak terlepas dari peranan cairan tubuh.
d.      Memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolisme tubuh.

PROPORSI CAIRAN TUBUH
Air memiliki presentase yang besar dari berat badan manusia. Pada bayi premature, sekitar 80% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi yang lahir cukup bulan kira-kira 70% dari berat badannya merupakan air ( Horne dan Swearingen 2001). Seiring dengan bertambahnya usia, maka persentase air tubuh menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya adalah air, sedangkan wanita dewasa sekitar 50%. Kemudian, persentase tersebut menurun lagi pada orang yang lanjut usia. Persentase air dalam tubuh lansia kira-kira 45% sampai 55% dari berat badannya (Horne dan Swearingen 2001).
            Cairan dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul di dalam satu tempat saja, melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat di dalam sel dengan jumlah sekitar 40% dari berat badan, dan merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses metabolisme.
            Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat di luar sel dengan jumlah sekitar 20% dari berat badan, dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel dan mengeluarkan sampah sisa metabolism. Cairan ekstraseluler ini terbagi dua, yaitu cairan interstitial dan cairan intravaskuler. Cairan interstitial adalah cairan yang terdapat pada celah antarsel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah sekitar 15% dari berat badan. Pada umumnya, cairan interstitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contoh dari cairan interstitial yaitu cairan pleura, cairan pericardial, dan cairan peritoneal. Cairan intravaskuler merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah dan merupakan plasma, berjumlah sekitar 5% dari berat badan.

Kebutuhan air berdasarkan usia dan berat badan
Usia
Kebutuhan Air
Jumlah Air dalam 24 jam
ml/kg Berat Badan
3 hari
1 tahun
2 tahun
4 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
Dewasa

250 – 300
1150 – 1300
1350 – 1500
1600 – 1800
2000 – 2500
2200 – 2700
2200 – 2700
2400 – 2600

80 – 100
120 – 135
115 – 125
100 – 110
70 – 85
50 – 60
40 – 50
20 – 30



MEKANISME GERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak di antara ketiga tempat ceiran tersebut, yaitu intraseluler, interstitial, dan intravaskuler. Pergerakan cairan dan elektrolit harus di pertahankan dalam keadaan seimbang. Secara garis besar, pergerakan cairan dan elektrolit terbagi atas beberapa aspek, antara lain :
a.       Plasma,yang di dalamnya antara lain mengandung oksigen dan nutrient, bergerak ke seluruh tubuh dalam sirkulasi.
b.      Cairan interstitial beserta komponennya bergerak diantara kapiler darah dan sel.
c.       Cairan dari interstitial bergerak ke dalam sel.

CARA PERPINDAHAN CAIRAN
1.      Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan  molekul yang besar akan bergerak lambat di banding molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2.      Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni ( seperti air ) melalui membran semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent adalah pelarutnya. Garam adalah solute, sedangkan air merupakan solvent. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel. Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol.
Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda dan di dalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan sel tersebut yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan isotonic karena larutan tersebut mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.

3.      Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energy untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel (Potter,1997). Proses ini dapat menerima/memindahkan molekul dan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Sebagai contoh natrium dan kalium, di mana natrium dipompa keluar sel dan kalium dipompa masuk di dalam sel.   

FAKTOR YANG BERPENGARUH  DALAM PENGATURAN CAIRAN
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua factor yakni tekanan cairan dan membran semipermeabel.
1.      Tekanan Cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses osmosis, tekanan osmotik merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka larutan itu disebut kristaloid. Sebagai contoh, koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma, sedangkan larutan kristaloid adalah larutan garam. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit kedalam intrasel. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding dengan konsentrasi plasma darah. Hal ini menyebabkan, tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibandingkan  dengan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembus membrane semi permeable
            Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup.hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

2.      Membran semipermiabel
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membrane semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
JENIS CAIRAN
1.      Cairan zat gizi (nutrient)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrient dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk metabolism. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 per liter. Cairan nutrien terdiri atas :
a.       Karbohidrat dan air, contoh : dekstrosa (glukosa), levulosa (fruktusa), serta invert sugar (1/2 dekstrosa dan ½ levulosa).
b.      Asam amino, contoh : amigen, aminosol, dan travamin
c.       Lemak, contoh : lipomul dan liposyn.

2.       Blood volume expanders
Jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah di daerah kula. Plasma perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik.

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN
Dalam Keadaan normal, cairan tubuh berada dalam keseimbangan. Oleh karena suatu sebab, keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan. Secara garis besar, gangguan keseimbangan cairan tubuh terbagi dua yakni Edema (Hipervolemik) dan dehidrasi (Hipovolemik).
a.       Edema (Hipervolemik)
Edema adalah penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau didalam berbagai rongga tubuh (Robbins dan Kumar 1995). Edema disebut juga dengan efusi, asites. Penamaan penimbunan cairan ini bergantung pada lokasi dimana edema itu terjadi. Edema dapat terjadi secara lokal maupun umum. Edema lokal disebut juga edema pitting, sedangkan edema umum disebut edema anasarka.
            Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan cairan dari intravaskuler ke interstitial. Perpindahan cairan secara normal, menurut hukum Starling, diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik didalam dan diluar vaskuler. Besarnya tekanan hidrostatik pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg, sedangkan pada ujung venula sekitar 12-15 mmHg. Tekanan osmotik koloid plasma sebesar 20-25 mmHg.
            Tekanan hidrostatik kapiler dipengaruhi antara lain oleh besarnya tekanan dari jantung dan jumlah cairan di intravaskuler. Sedangkan tekanan osmotik koloid ditentukan oleh albumin. Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar melintasi membran kapiler. Sifat tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari luar. Tekanan hidrostatik intravaskuler dan tekanan osmotik koloid interstitial cenderung menggerakkan cairan keluar melalui dinding kapiler, sedangkan tekanan hidrostatik interstitial dan tekanan osmotik koloid intravaskuler cenderung menggerakkan cairan masuk ke dalam. Pada kondisi normal, tekanan hidrostatik di kapiler terus-menerus cenderung memaksa cairan dan zat terlarut di dalamnya keluar melalui pori-pori kapiler masuk kedalam ruang interstitial. Tetapi sebaliknya, tekanan osmotik koloid cenderung menyebabkan gerakan cairan dengan osmosis dari ruang interstitial kedalam darah. Tekanan osmotik koloid inilah yang mencegah keluarnya volume cairan secara terus-menerus dari darah kedalam ruang interstitial.
            Edema akan terjadi apabila tekanan hidrostatik intravaskuler meningkat, tekanan osmotik koloid plasma menurun, dan gangguan aliran limfe. Ketiga keadaan tersebut merupakan penyebab primer edema yang bukan disebabkan oleh reaksi radang.
            Meningkatnya tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk kedalam ruang interstitial. Penyebab peningkatan tersebut diantaranya adalah kegagalan jantung, penurunan perfusi ginjal, aliran darah yang lambat misalnya karena ada sumbatan, dan lain lain.
            Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma disebabkan menurunnya kadar albumin plasma. Penurunan kadar albumin plasma diakibatkan oleh kehilangan albumin serum yang berlebihan atau pengurangan sintesis albumin serum. Kondisi ini misalnya dapat ditemukan pada penyakit nefrotik sindrom, penyakit hati dan pankreas, serta kekurangan protein yang berat dan lain lain.
            Terjadinya obstruksi aliran limfe menyebabkan cairan jaringan akan tertimbun, dinamai limfedema. Penyebab terjadinya obstruksi aliran limfe diantaranya dapat disebabkan oleh tindakan operasi (misalnya, mastektomi radikal), tumor ganas yang menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe, serta penyakit filariasis.

b.      Dehidrasi (Hipovolemik)
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal (Ramali & Pamoentjak 1996). Menurut Guyton (1995) dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.
            Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit di antaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis, luka bakar. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare, drainase dari gastrik intestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran perkemihan, misalnya karena diuresis osmotik, diabetes insipidus.
Ada dua jenis dehidrasi yaitu (Long 1992):
1.      Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibanding kekurangan elektrolit (dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi dehidrasi intraseluler. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat.
2.      Dehidrasi dimana kekurangan elektrolit lebih dominan dibanding kekurangan air (dehidrasi hipotonik). Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air dari ekstraseluler ke intrasel yang menyebabkan terjadi edema intrasel. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang yang mengalami kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni tanpa mengandung elektrolit.

Dehidrasi sangat berbahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang dialaminya. Pertama, Tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat badan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3-1 berikut ini.



Tabel 3-1 penurunan berat badan sebagai indikator kekurangan cairan tubuh
Penurunan berat badan
Keparahan Defisit Cairan Tubuh
2-5%
Ringan
5-10%
Sedang
10-15%
Berat
15-20%
Fatal
Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada klien. Penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 3-2 berikut ini.

Tabel 3-2 penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien
Penilaian
A
B
C
Lihat : Keadaan umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu, lunglai, atau tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung dan kering
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut dan lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum biasa, tidak haus
Haus, ingin minum banyak
Malas minum atau tidak bisa minum
Periksa : Tugor kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali sangat lambat
Hasil Pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/ sedang bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain
Dehidrasi berat bila ada 1 tanda, ditambah 1 atau lebih tanda lain

KEBUTUHAN ELEKTROLIT

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient, dan sisa metabolism (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik.contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.

Komposisi Elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium                       : 135-145 m Eq/L
Kalium                                    : 3,5-5,3 m Eq/L
Klorida                        : 100-106 m Eq/L
Bikarbonat arteri         : 22-26 m Eq/L
Bikarbonat vena          : 24-30 m Eq/L
Kalsium                       : 4-5 m Eq/L
Magnesium                  : 1,5-2,5 m Eq/L
Fosfat                          : 2,5-4,5 mg/100 ml
            Pengukuran elektrolit dalam satuan mili ekuivalen perliter cairan tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). ekuivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kekuatan kation dan anion dalam molekul.




Pengaturan Elektrolit
1.      Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh.  Natrium ini paling banyak pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali kedalam ginjal dari tubulus renalis. Sedangkan aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangaan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak kedalam atau keluar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan cairan tubuh. Ekskresi natrium dapat dilakukan melalui ginjal dan sebagian kecil melalui tinja, keringat, dan air mata.

2.      Pengaturan keseimbangan Kalium
            Kalium merupakan kation utama dari sel yang diperlukan untuk mempertahankan volume cairan intraseluler. Kalium terdapat dalam sel sel saraf untuk mempertahankan kemampuan rangsangan saraf. Apabila terjadi hiperkalemia, maka konsentrasi aldosteron meningkat yang kemudian memengaruhi ginjal untuk mengeksresi kalium lebih banyak. Natrium direabsorbsi oleh tubulus ginjal, sedangkan kalium diekskresi oleh ginjal, sementara tubuh masih memerlukannya.
a.       Defisit kalium (hipokalemia)
Bila kadar kalium dalam serum kurang dari 3,5 mEq/L di kenal sebagai hipokalemia. Penyebab kekurangan kalium antara lain : intake kalium yang kurang, peningkatan aktivitas, kehilangan kalium lewat traktus gastrointestinal, kehilangan akibat diuretik, dan sebagainya. Gejala klinis yang muncul pada klien hipokalemia adalah kelemahan otot, anoreksia, mual, muntah, refleks tendon hilang, aritmia jantung, dll.
b.      Kelebihan kalium (hiperkalemia)
kadar kalium dalam serum kurang dari 5,0 mEq/L di kenal sebagai hiperkalemia. Penyebabnya kekurangan antara lain : intake kalium yang berlebihan, gagal ginjal, kalium masuk ke aliran darah dari sel-sel yang cedera/trauma berat, dan asidosis metabolik. Gejalanya mual, muntah, diare, kardiak atrima, dll.

3.      Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu beberapa enzim pancreas. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid melalui proses reabsorbsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat.

4.      Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorbsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesemia terjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mEq/L. sedangkan hipermagnesemia terjadi bila kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/L.


5.      Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia adalah kelebihan kadar klorida dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108 mEq/L.

6.      Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh

7.      Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

JENIS CAIRAN ELEKTROLIT
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
Contohnya :
1.      Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl-, dan Ca2+.
2.      Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+, dan
3.      Cairan Buffer’s terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, dan

GANGGUAN /MASALAH KEBUTUHAN ELEKTROLIT
1.      Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan diare. Hal tersebut menimbulkan rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka hiponatremia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi  diare yang berkepanjangan.

2.      Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/L. kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.

3.       Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan. Kondisi hipokalemia ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perutnya kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantungnya tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, serta kadar kalium plasmanya menurun hingga kurang dari 3,5 mEq/L.


4.      Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena. Hiperkalemia ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas system pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan, dan iritabilitas (peka terhadap rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.

5.      Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah, hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L, serta kesemutan pada jari dan sekitar perut. Keadaan ini dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

6.      Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.

7.      Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.

8.      Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernafasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

KESEIMBANGAN ASAM BASA
            Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan tersebut dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35-7,45.
            Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernafasan dengan system regulasi (pengaturan di ginjal). Tigamacam system larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan asam karbonat (H2CO3).
            Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan oleh paru-paru hingga nilai pH menjadi standar (normal) melalui pengangkutan kelebihan CO2 dankelebihan H2CO3 dari darah yang dapat meningkatkan pH. Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2. Demikian juga pembuangan CO2 melalui paru-paru yang harus seimbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar PCO2 sebesar 40 mmHg.
            Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru-paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat, dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus akan memengaruhi pH cairan ekstra sel. Peningkatan PaCO2 menurunkan pH, sebaliknya penurunan PaCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya, konsentrasi ion H+ dapat memengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik).kadar pH yang rendah, konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis. Sebaliknya pH yang tinggi,konsentrasi ion H+ rendah disebut alkalosis.

JENIS ASAM BASA
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan,sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi  (bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hydrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hydrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.

GANGGUAN/MASALAH KESEIMBANGAN ASAM BASA
Gangguan keseimbangan asam basa adalah gangguan pada tubuh sehingga akan muncul tanda dan gejala dari masing-masing jenis gangguan keseimbangan asam basa. Gangguan ini ada dua jenis yaitu Asidosis dan Alkalosis.
a. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik adalah suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
   - tanda gejala            : pernapasan kussmaul, hipotensi, letargi, mual, dan muntah
   - penyebab                : terjadi penurunan pH atau terjadi penambahan keasaman, bikarbonat
akan  Mengompensasinya. Namun, cadangan bikarbonat menjadi berkurang dan apabila produksi asam masih terus berlanjut maka bufer tidak mampu untuk mengompensasi.
   - yang di periksa       : terjadi penurunan pH, PaCO2, normal lama-lama akan menurun
karena proses kompensasi HCO3 menurun, pH urine kurang dari 6,00 dan pH darah kurang dari 7,35 kompensasi yang di lakukan oleh tubuh dalam keadaan ini adalah piperventilasi untuk mengeluarkan CO2.

b.  Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolic adalah suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
   - tanda gejala            : refleks hiperaktif, tetani, hipertensi, kram otot, dan kelemahan.
   - penyebab                :  terjadi bila kehilangan asam melampaui produksi asam, ion-ion
hidrogen hilang dari cairan tubuh dan terjadi kelebihan HCO3.
   - yang di periksa       : pH meningkat, PaCO2 normal tetapi mulai naik, HCO3 meningkat,dan
pH urine lebih besar dari 7.


c. Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan system pernapasan dalam membuang karbondioksida dan cairan tubuh.
- tanda gejala            :  sakit kepala, letargi, mengantuk, koma, peningkatan frekuensi jantung, hipertensi, berkeringat, penurunan responsivitas, papiledema, dan dispnea.
- penyebab                : setiap kondisi yang menurunkan ventilasi dapat meningkatkan konsentrasi CO2 dan berdampak adanya peningkatan asam karbonat.
- yang di periksa       : pH meningkat, PaCO3 meningkat, HCO3 normal tetapi kemudian meningkat karena kompensasi,dan pH urine kurang dari 6,0.
- Upaya penanganan            : produksi bikarbonat oleh ginjal meningkat, eksresi ion hidrogen ke urine meningkat, untuk meningkatkan pengeluaran CO2 dapat di lakukan. Latihan nafas dalam dan purse lips breathing.

d. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya PaCO2 arteri kurang dari 35 mmHg.
- tanda gejala           : pusing, kebas, kesemutan ekstremitas, kram otot, tetani, kejang, penigkatan releks tendon dalam, aritmia, dan hiperventilasi.
    - penyebab               : hiperventilasi karena banyak CO2 yang terbuang sehingga ion
hidrogen menurun.
- yang di periksa      : pH meningkat, PaCO3 meningkat, HCO3 normal tetapi kemudian meningkat karena kompensasi,dan pHurine lebih besar dari 7,0.

Keadaan asam basa secara umum:
HCO3 Plasma
pH Plasma
PaCO2 Plasma
Gangguan Asam Basa
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat

Menurun
Menurun
Meningkat
Meningkat

Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat

Asidosis respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis respiratorik
Alkalosis metabolik

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1.      Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2.      Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3.      Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4.      Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air
5.      Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.

TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH/GANGGUAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.      Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairandan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Persiapan alatdan bahan:
1.      Standar infuse
2.      Perangkat infuse
3.      Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
4.      Jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
5.      Pengalas
6.      Tourniquet/pembendung
7.      Kapas alcohol 70%
8.      Plester
9.      Gunting
10.  Kasa steril
11.  BetadineTM
12.  Sarung tangan

Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Hubungkan cairan dan perangkat infuse dengan ,menusukkan ke dalam botol infuse (cairan)
4.      Isi cairan kedalam perangkat infuse dengan, menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
5.      Letakkan pengalas
6.      Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.      Gunakan sarung tangan
8.      Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9.      Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10.  Cek apakah sudah mengenai vena dengan cirri darah keluar melalui jarum infus/abocath.
11.  Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infuse
12.  Buka tetesan
13.  Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14.  Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15.  Cacat respons yang terjadi
16.  Cuci tangan
Cara menghitung Tetesan Infus :
a.       Dewasa: (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan/Menit =   

Ketetangan = factor tetesan infuse bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes/menit, 15 tetes/menit dan 20 tetes/menit).

b.      Anak
Tetesan permenit (mikro) =

2.      Transfusi darah
Transfuse darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS
1. Asering
Cairan dalam tiap liternya memiliki komposisi sebagai berikut :
·         Na 130 mEq
·         Cl 109 mEq
·         Ca 3 mEq
·         K 4 mEq
·         Asetat/garam 28 mEq
Fungsi cairan ini dapat diberikan saat pasien dehidrasi (keadaan shock hipovolemik dan asidosis), demam berdarah dengue, trauma, dehidrasi berat, luka bakar dan shock hemoragik.
Adapun manfaat cairan asering yaitu:
·         Dapat menjaga suhu tubuh sentral pada anestasi dan isofluran terutama kandungan asetatnya pada saat pasien dibedah
·         Meningkatkan tonisitas sehingga dapat mengurangi resiko edema serebral

2. Cairan Kristaloid
a.) Normal Saline
Komposisi : Na: 154 mmol/l,Cl:154 mmol/l
Kegunaan :
·         Mengganti cairan saat diare
·         Mengganti elektrolit dan cairan yang hilang di intravaskuler
·         Menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit serta membuat peningkatan pada metabolit nitrogen berupa ureum dan kreatinin pada penyakit ginjal akut.
b.) Ringer Laktat (RL)
Komposisi : (mmol/100 ml : Na = 130, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq /L). Manfaat cairan Ringer Laktat : Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan otak, mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan natriumnya menentukan tekanan osmotik pada pasien.
c.) Deaktrosa
Cairan terdiri dari beberapa komposisi yakni :
Glukosa = 50 gr/l,100 gr/l,200 gr/l
Manfaat deaktrosa adalah cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi intravena,dan diperlukan untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai operasi.
d.) Ringer Asetat (RA)
Komposisi cairan ini hampir sama dengan cairan Ringer Laktat namun keduanya memiliki manfaat yang berbeda bagi pasien yaitu :
·         berguna sebagai cairan metabolisme di otot pasien
·         Bermanfaat bagi pasien resusitasi (kehilangan cairan akut) yang mengalami dehidrasi yang berat dan syok maupun asidosis
·         bagi pasien diare (yang kehilangan cairan dan bikarbonat masif)
·         demam berdarah
·         luka bakar (syok hemoragik)
Manfaat yang dirasakan pasien dengan cairan ini 3-4 kali lebih cepat dan efektif daripada cairan Ringer Laktat (RL).
3. Cairan Koloid
Cairan ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang sulit untuk menembus pada membran kapiler. Biasanya cairan digunakan untuk mengganti cairan yang hilang yakni cairan intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose plasma lebih terjaga dan mengalami peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
a.) Albumin
Komposisi : Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang berasal dari plasma manusia (misalnya 5 %).
Adapun manfaat albumin yaitu mengganti jumlah volume yang hilang atau protein ketika pasien mengalami syok hipovolemia, hipoalbuminemia, saat operasi ,trauma, gagal ginjal yang akut dan luka bakar. Selain itu, ketika pasien diterapi dengan albumin dapat memberi pengaruh diuresis yang berkelanjutan serta membantu dalam penurunan berat badan.
b.) Hidroxyetyl Starches (HES)
Komposisi : Starches (memiliki 2 tipe polimer glukosa:amilosa dan amilopektin).
Manfaat cairan HES yakni membantu menurunkan permeabilitas pembuluh darah pada pasien post trauma. sSehingga resiko kebocoran kapiler dapat terhindarkan dan membantu menambah jumlah volume plasma walaupun pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
c.) Dextran
Komposisi : Polimer glukosa (hasil sintesis bakteri Leuconosyoc mesenteroides melalui media sukrosa)
Manfaat dextran, membantu menambah plasma ketika pasien mengalami trauma, syok sepsis, iskemia celebral, vaskuler perifer dan iskemia miokard. Selain itu, cairan dextran memberi efek anti trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan mencegah agregasi platelet.
d.) Gelatin
Komposisi: hidrolisi kolagen bovine
Manfaat : Memberi efek antikoagulan, Dapat membantu menambah volume plasma pada pasien
4. Cairan Mannitol
Komposisi terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (C6H14O6). Manfaatnya yaitu membantu tekanan intrakranial yang tingga menjadi normal atau berkurang, memberi peningkatan diuresis pada proses pengobatan gagal ginjal (oliguria), membuateksresi senyawa toksik menjadi meningkat. Bermanfaat juga sebagai larutan irigasi genitouriner ketika pasien sedang menjalani operasi prostat atau transuretral.
5. KA-EN 1B
Komposisinya dalam tiap 1000 ml yaitu :
·         Sodium klorida 2,25 g
·         Anhidrosa dekstros 37,5 g
·         Elektrolit (meq/L) yang terdiri dari : Na+ (38,5),Cl- (38,5),dan glukosa (37,5 g/L
Manfaat cairan KA-EN 1B :
Dapat menjadi cairan elektrolit pasien pada kasus pasien yang sedang dehidrasi karena tidak mendapat asupan oral dan pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa diberikan kepada bayi prematur maupun bayi yang baru lahir sebagai cairan elektrolitnya.
6. KA-EN 3A & KA-EN 3B
Komposisi :
KA-EN 3A
·         Sodium klorida 2,34 g
·         Potassium klorida 0,75 g
·         Sodium laktat 2,24 g
·         Anhydrous dekstros 27 g
·         Cairan elektrolit (meq/L): Na + 60,K+10,Cl-50,glukosa 27g/L,kcal/L:108
KA-EN 3B
·         Sodium klorida 1,75 g
·         Ptasium klorida 1,5 g
·         Sodium laktat 2,24
·         Anhydrous dekstros 27 g
·         Cairan elektrolit (mEq/L) : Na + (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glukosa (27g/L),kcal/L (108)
Manfaat kedua larutan ini adalah :
Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan cairan dan elektrolit karena kandungan kaliumnya (pada KA-EN 3A mengandung kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandung kalium 20 mEq/L) yang cukup walaupun pasien sudah melakukan ekskresi harian.
7. KA-EN MG3
Komposisi :
·         Sodium klorida 1,75 g
·         Anhydrous dekstros 100 g
·         Sodium laktat 2,24 g
·         Cairan elektrolit (mEq/L) yang terdiri dari: Na+ (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glikosa (100 g/L),kcal/l (400)
Manfaatnya yakni membantu cairan elektrolit harian pasien maupun saat pasien mendapat asupan oral terbatas, memenuhi kebutuhan kalium pasien (20 mEq/L) dan sebagai suplemen NPC yang dibutuhkan pasien (400 kcal/L).
8. KA-EN 4A
Memiliki komposisi (per 1000 ml), yang mengandung :
·         Na 30 mEq/L
·         Cl 20 mEq/L
·         K 0 mEq/L
·         Laktat 10 mEq/L
·         Glukosa 40 gr/L
Manfaat larutan ini yakni dapat diberikan sebagai larutan infus untuk bayi dan anak-anak, menormalkan kadar konsentrasi kalium serum pada pasien, membantu pasien mendapatkan cairan kembali ketika mengalami dehidrasi hipertonik.
9. KA-EN 4B
Komposisinya yaitu :
·         Na 30 mEq/L
·         K 8 mEq/L
·         Laktat 10 mEq/L
·         Glukosa 37,5 gr/L
·         Cl 28 mEq/L
Manfaat cairan infus KA-EN 4B :
Dapat diberikan pada bayi dan anak–anak usia kurang dari 3 tahun sebagai cairan infus bagi mereka, mengurangi resiko hipokalemia ketika pasien kekurangan kalium dan mengganti cairan elektrolit pasien ketika dehidrasi hipertonik.

10. Otsu-NS
Komposisinya terdiri dari elektrolit (mEq/L) :
·         Na+=154
·         Cl- +154
Manfaat cairan Otsu-NS yakni mengganti Na dan Cl ketika pasien diare,mengganti kehilangan natrium pada pasien saat asidosis diabetikum,insufisiensi adrenokortikal,dan luka bakar. Selain itu, mengganti cairan saat pasien mengalami dehidrasi akut.
11. Otsu-RL
Komposisi terdiri dari cairan elektrolit (mEq/L), yaitu :
·         Na+ =130
·         K+ = 4
·         Cl- =108.7
·         Laktat = 28
·         Ca++ = 2.7
Manfaatnya yaitu memberi pasien ion bikarbonat dan sebagai cairan asidosi metabolik dan sebagai resuisitasi.
12. MARTOS-10
Komposisi : 400 kcal/L
Manfaat cairan ini adalah dapat membantu mencukupi suplai air dan karbohidray pada pasien diabetik secara parental dan dapat memberi nutrisi eksogen pada pasien kritis penderita tumor,infeksi berat,pasien stres berat maupun pasien mengalami defisiensi protein.
13. AMIPAREN
Komposisi tiap liter dari Amiparen terdiri dari beberapa kandungan yaitu:
L-leucine 14g, L-isoleucine 8g, L-valine 8g,lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g), L-threonine 5,7g,L-tryptophan 2g,L-methionine 3,9g,L-phenylalanine 7g,L-cysteine 1g,L-tyrosine 0,5g, L-arginine 10,5g,L-histidine 5g,L-alanine 8g, L-proline 5g,L-serine 3g,aminoacetic acid 5,9g,L-aspartic acid 30 w/w%,total nitrogen 15,7g,sodium kurang lebih 2 mEq,acetate kira-kira 1220 mEq dan kandungan Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
Cairan ini bermanfaat bagi pasien yang mengalami stres metabolik berat, mengalami luka bakar, kwasiokor dan sebagaikebutuhan nutrisi secara parental.

14. AMINOVEL- 600
Komposisi cairan ini tiap 600 liter terdiri atas :
·         amino acid (L-form) 50g
·         D-sorbitol 100g
·         ascorbic acid 400mg
·         inositol 500mg
·         nicotinamide 60mg
·         pyridoxine HCl 40mg,
·         riboflavin sodium phosphate 2,5mg.
·         Selain itu komposisinya terdiri dari elektrolit:
·         Sodium 35 mEq
·         potassium 25 mEq
·         magnesium 5 mEq
·         acetate 35 mEq
·         maleate 22 mEq
·         chloride 38 mEq
Manfaatnya adalah meningkatkan kebutuhan metabolik pada pasien yang mengalami luka bakar, trauma pasca operasi serta pasien yang mengalami stres metabolik sedang. Selain itu, cairan diberikan kepada pasien GI sebagai penambah nutrisi.
15. TUTOFUSIN OPS
Komposisi tiap liternya adalah:
·         Natrium = 100 mEq
·         Kalium = 18 mEq
·         Kalsium = 4 mEq
·         Sorbitol = 50 gram
·         Klorida = 90 mEq
·         Magnesium =6 mEq
Manfaatnya yakni memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit baik saat sebelum,sedang dan sesudah operasi. Selain itu, dapat membantu pasien mendapatkan kembali air dan cairan elektrolit saat mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intarselular, juga memenuhi kebutuhan pasien akan makanan yang mengandung karbohidrat secara parsial.




























PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN RASA NYAMAN

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
Hak-hak Pasien
Hak Pasien merupakan bagian dari hak manusia, mengingat hak merupakan tuntutan secara rasional dalam situasi tertentu. Setiap manusia mempunyai hak untuk dihargai sebagai manusia. Beberapa hak pasien dalam pelayanan kesehatan, adalah sebagai berikut:
1.      Hak mendapat pelayanan kesehatan yang adil, memadai, dan berkualitas
2.      Hak untuk diberikan informasi
3.      Hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan
4.      Hak untuk diberikan informed consent
5.      Hak untuk menolak suatu consent
6.      Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong
7.      Hak untuk mempunyai pendapat
8.      Hak untuk diperlakukan secara hormat
9.      Hak untuk konfidentialitas memperoleh kerahasiaan termasuk privasi
10.  Hak untuk memilih integritas tubuh
11.  Hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal
12.  Hak untuk mempertahankan kemuliaan (dignitas)

KEBUTUHAN RASA NYAMAN (BEBAS NYERI)
Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatanya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut ini merupakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:
1.      Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2.      Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan
3.      Artur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4.      Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.

FISIOLOGI  NYERI
Reseptor nyeri  adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantong empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulus oleh zat kimiawi di antaranya seperti adanya asam lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulus yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan.
            Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut lamban (serabut C). impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn tersebut terdiri atas  beberapa lapisan atau lamina yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga membentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur Spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri.

KLASIFIKASI NYERI
Terbagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Tabel berikut ini menunjukkan pembagian nyeri ke dalam beberapa kategori ditinjau dari sifat terjadinya, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.

Tabel. 9.1 perbedaan nyeri akut dan kronis
Karakteristik
Nyeri akut
Nyeri kronis
Pengalaman


Sumber


Serangan


Waktu


Pernyataan nyeri




Gejala-gejala klinis



Pola


Perjalanan
Suatu kejadian


Sebab eksternal atau penyakit dari dalam

Mendadak


Sampai enam bulan


Daerah nyeri tidak diketahui dengan pasti



Pola respons yang khas dengan gejala yang lebih jelas


Terbatas


Biasanya berkurang setelah beberapa saat
Suatu situasi, status eksistensi

Tidak diketahui atau pengobatan yang terlalu lama

Bisa mendadak, berkembang, dan terselubung

Lebih dari enam bulan, sampai bertahun-tahun

Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit dievaluasi (perubahan perasaan)

Pola respons yang bervariasi, sedikit gejala-gejala (adaptasi)

Berlangsung terus sehingga dapat bervariasi

Penderitaan meningkat setelah beberapa saat

            Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, diantaranya nyeri somatic, nyeri visceral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri phantom dan ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.
            Umumnya, nyeri somatic dan nyeri viseral ini bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial), yaitu pada otot dan tulang.perbedaan antara kedua nyeri ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9.2 Perbedaan nyeri somatic dan visceral
Karakteristik
Nyeri Somatis
Nyeri Viseral
Superfisial
Dalam
Kualitas


Menjalar
Stimulus



Reaksi autonom
Refleks kontraksi otot
Tajam, menusuk, dan membakar

Tidak
Torehan, abrasi terlalu panas dan dingin

Tidak
Tidak
Tajam, tumpul, dan nyeri terus

Tidak
Torehan, panas, iskemia pergeseran tempat

Ya
Ya
Tajam, tumpul, nyeri terus, dan kejang

Ya
Distensi, iskemia, spasmus, iritasi kimiawi (tidak ada torehan)
Ya
Ya

            Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera orgn visceral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme disepanjang atau di beberapa jalur saraf.

STIMULUS NYERI
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri ( pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya :
1.      Trauma pada jaringan tubuh. Misalnya karena bedah, akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2.      Gangguan pada jaringan tubuh. Misalnya karena edema, akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri
3.      Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri
4.      Iskemia pada jaringan. Misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
5.      Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik

TEORI NYERI
            Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :
1.      Teori pemisahan (specificity theory). Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2.      Teori Pola (pattern theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
3.      Teori Pengendalian gerbang (gate control theory). Menurut teoriini, nyeri bergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang keke korteks serebri.
4.      Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI NYERI
1.      Arti nyeri
Ada arti negative seperti, membahayakan, merusak, dll. Keadaan ini dipengaruhi oleh factor usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural, lingkungan, dan pengalaman.
2.      Persepsi nyeri
Merupakan nilai yang sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3.       Toleransi nyeri
Erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat memengaruhi seseorang menahan nyeri. Factor yang dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dll. Sedangkan factor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dll.
4.      Reaksi terhadap nyeri
Merupakan respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti : arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut cemas, usia, dll.



KONSEP DIRI
Pengertian
Konsep diri adalah cara individu dalam melihat dirinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual.
            Termasuk di dalamnya adalah perepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan, dan keinginannya.
Beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam konsep diri, yaitu :
a.       Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain
b.      Berkembang secara bertahap, diawali pada waktu bayi mulai mengenal, dan membedakan dirinya dengan orang lain
c.       Positif di tandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan
d.      Negatif ditandai dengan hubungan individu dan hubungan sosial yang maladaptif
e.       Merupakan aspek kritikal dan dasar dari pembentukan perilaku individu
f.       Berkembang dengan cepat bersama-sama dengan perkembangan bicara
g.      Terbentuk karena peran keluarga, khususnya pada masa anak-anak, yang mendasari dan membantu perkembangannya.
Hal-hal lain yang penting dalam konsep diri, yaitu :
a.       Aspek utama dalam perkembangan identitas diri adalah nama dan panggilan anak.
b.      Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain terhadap dirinya.
c.       Suasana keluarga yang serasi atau harmonis dan berpandangan positif akan mendorong kreatifitas, menghasilkan perasaan yang positif dan berarti bagi anak.
d.      Penerimaan keluarga akan kemampuan anak sesuai dengan perkembangannya sangat mendorong aktualisasi diri dan kesadaran akan potensi dirinya. Kepada anak-anak disarankan agar seminimal mungkin menggunakan kata-kata jangan, tidak boleh, dan nakal tanpa penjelasan lebih lanjut.

Komponen Konsep Diri
Terdapat lima komponen konsep diri, yaitu gambaran diri (body image) ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity).
            Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi : performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri sebagai berikut.
a.       Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja.
b.      Bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder (mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu), menjadi gambaran diri.
c.       Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis.
d.      Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri.
e.       Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupan.

HARGA DIRI
Harga diri adalah penilaian perilaku terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut  sesuai dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri.
            Aspek utama harga diri adalah di cintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain.
            Harga diri rendah apabila :
a.       Kehilangan kasih sayanag atau cinta kasih dari seseorang
b.      Kehilangan penghargaan dari orang lain
c.       Hubungan interpersonal yang buruk

Individu akan merasa berhasil atau hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu menghadapi kehidupan dan mampu mengontrol dirinya.
            Individu yang sering berhasil dalam mencapai cita-cita akan menumbuhkan perasaan harga diri yang tinggi atau sebaliknya. Akan tetapi, pada umumnya individu memiliki pemikiran negatif terhadap orang lain, walaupun isi hatinya mengakui keunggulan orang lain. Pencapaian harga diri yang positif bergantuk pada kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar yang lain.contohnya kebutuhan harga diri tidak akan tercapai dengan optimal jika kebutuhan akan cinta atau keamanan tidak terpenuhi secara memuaskan. Selain itu, harga diri juga dipengaruhi oleh perasaan ketergantungan yang besar terhadap orang lain. Sebaliknya, harga diri seseorang akan meningkat apabila tingkat kemandiriannya besar.
            Seseorang yang memiliki harga diri yang baik akan memiliki kepercayaan diri yang baik pula, sehingga ia akan lebih produktif. Harga diri yang sehat dan stabil akan tumbuh dari penghargaan yang wajar/sehat dari orang lain, bukan karena keturunan, ketenaran, ataupun sanjungan yang hampa.
DAFTAR PUSTAKA

           
Sunaryo, 2004, psikologi untuk keperawatan, EGC, Jakarta

Uliyah & Hidayat, 2008, Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi 2, Jakarta, Salemba Medika.

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta, Salemba Medika.


http://halosehat.com/review/tindakan-medis/jenis-jenis-cairan-infus

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Kebutuhan Cairan dan Elektrolit serta Prinsip kebutuhan psikososial"